BREAKING NEWS
latest

728x90

468x60

header-ad

Mengenal Sosok Yahya Sosomar, Mantan Striker Persinab Nabire


SUARA.NABIRE - Dalam kalangan pencinta sepakbola di kota Nabire, tentu nama Yahya Sosomar tidak asing lagi di telinga. Yaso, demikian sapaan akrabnya, adalah satu diantara beberapa pemain sepakbola handal yang pernah dimiliki oleh Kabupaten Nabire.

Pria kelahiran Sorong 4 November 1977 ini bergabung dengan Persatuan Sepakbola Indonesia Nabire (Persinab) sejak tahun 1995 yang saat itu ditempatkan pada posisi penyerang, atau dalam istilah sepakbola dikenal dengan sebutan "striker".

Pada masanya, Yaso termasuk salah satu pesepakbola Nabire yang punya segudang prestasi. Bahkan ketika itu ia termasuk salah satu striker yang sangat produktif mencetak gol, dan cukup berbahaya bagi daerah pertahanan lawan.

Ketika ditemui awak media ini pada Rabu (30/12/2020), di salah satu Caffe yang terletak di samping pasar pagi Bumiwonorejo, Yaso bercerita bahwa karirnya di bidang sepakbola bermula sejak tahun 1995, yang ketika itu ia dipanggil oleh pelatih Yulius Permadi untuk mengikuti seleksi masuk Persinab Nabire.

"Pada waktu itu pelatih pak Yulius Permadi dia cari pemain untuk piala Suratim. Ketika saya dengar ada seleksi, saya dan teman bernama Tonce Udam, kami berdua ikut seleksi yang pada waktu itu dilaksanakan di lapangan Batalyon 753 Nabire," terang Yaso.

"Setelah kami di coba dalam beberapa kali latihan, akhirnya pada hari ketiga kami berdua dipanggil untuk bergabung di Persinab Junior untuk mengikuti piala Suratim, Piala Coca-Cola di Jayapura," demikian tutur Yaso

Ketika bermain di Jayapura, Yaso membeberkan bahwa dirinya diturunkan sebagai pemain inti bersama beberapa pemain muda lainnya, seperti: Petrus Gobay, Beny Erari dan Yosef Iyai.

Ditambahkannya, bahwa saat itu tim Persinab Junior tampil sebagai juara dua setelah di putaran final harus takluk dengan tim tuan rumah Persipura Jayapura yang sebelumnya berlatih di negara Italia.

Meskipun saat itu Yaso hanya mampu membawa timnya sebagai Runner Up, namun sejak itu karir pria berdarah Papua-Jawa ini justru semakin bersinar. Pasalnya, dengan kepiawaiannya menggiring si kulit bundar, Yaso akhirnya bisa bergabung dengan skuad inti tim Persinab Nabire yang saat itu dilatih oleh Coach Yulius Permadi.

Alhasil, karir Yaso pun semakin melejit. Tidak tanggung-tanggu ia pun dipanggil untuk bergabung dan memperkuat beberapa klub Sepakbola terkenal di Tanah Air, seperti: PSBL Bandar Lampung, Persiraja Banda Aceh, Perseman Manokwari, Persikabo Bali, Pesijab Jepara, serta bergabung dengan Persitara Jakarta Utara di Divisi Utama pada tahun 2007.

“Ketika bermain di Persitara, saya bisa bermain satu tim dengan pemain-pemain hebat Indonesia seperti Kurniawan dan Gendut Donny serta pemain-pemain asing lainnya,” tutur alumni SMU YPK Adhiluhur tahun 1998 ini.

Dari Persitara, Yaso juga sempat dipanggil untuk membela Mitra Kukar Kalimantan Timur selama satu tahun, setelah akhirnya Yaso pun dipanggil kembali untuk membela Persitara selama setengah musim.

Setelah mengalami cedera lutut yang cukup serius, Yaso akhirnya memutuskan untuk beristirahat dari aktivitas sepakbola di tahun 2013. Namun di tahun 2014, ia pun dipanggil oleh Bung Peter Worabay dan pak Mesak Magai untuk kembali membela Persinab Nabire, dan saat itu ia berhasil membawa Persinab Nabire sebagai juara satu di kota Serui.

Karena menjadi juara, Persinab Nabire akhirnya mewakili daerah Meepago untuk bertanding pada skala nasional di stadion Lebak Bulus Jakarta. Namun sayang, prestasi Persinab di kancah sepakbola nasional kembali gagal setelah harus menelan kekalahan di babak penyisihan.

Menurut Yaso, salah satu penyebab kegagalan Persinab saat itu adalah kurangnya dukungan dana dari pemerintah daerah nabire, sehingga meskipun saat itu Persinab sudah tampil dengan pemain yang sangat komplit, namun dengan keadaan yang serba kekurangan, para pemain akhirnya tidak bisa berbuat banyak, dan Persinab memang harus tersingkir di babak penyisihan.

“Ya, saat itu kami terkendala dengan dana. Tidak ada dukungan sama sekali dari pemerintah daerah Nabire, sehingga saya lihat abang Peter Worabay harus mengeluarkan dananya sendiri untuk membiayai kami,” demikian beber Yaso kepada awak media ini.

Pada akhirnya Yaso memutuskan untuk berhenti bermain sepakbola pada tahun 2015, dan saat yang besamaan ia pun dipanggil untuk menjadi pelatih Persinab Nabire di tahun 2015 hingga 2016.

Berikut perjalanan karir sepakbola Yaso dalam kancah sepakbola Nasional hingga menjadi pelatih:
  • Persinab Nabire Junior (Tahun 1995)
  • Persinab Nabire tim Inti (Tahun 1996-2002)
  • PSBL Bandar Lampung (Tahun 2002)
  • Persiraja Banda Aceh tahun (Tahun 2002)
  • Perseman Manokwari (Tahun 2002-2003)
  • Persikaba Bali (Tahun 2003-2006)
  • Persijap Jepara (Tahun 2007, setengah musim karna cedera)
  • Persitara Jakarta Utara (Tahun 2007-2009)
  • Mitra Kukar (Tahun 2009-2010)
  • Kembali ke Persitara (2010-2011)
  • Kembali ke Persijab (Tahun 2011-2012)
  • Kembali lagi ke Persitara (Tahun 2012, setengah musim karna cedera)
  • Kembali ke Persinab Nabire (Tahun 2012-2013)
  • Pensiun di Tahun 2014
  • Pelatih Persinab Nabire (Tahun 2015-2016)
  • Pelatih Persipani Paniai (Tahun 2016)
  • Pelatih Persidey Deyai (Tahun 2016-2018)
  • Kembali menjadi Pelatih Persipani (Tahun 2018-2019)
Demikian sekelumit goresan prestasi Yaso dalam dunia sepakbola. Segudang prestasi yang didapatkannya itu tidak terlepas dari motivasinya untuk bisa tampil menjadi yang terbaik dan dibarengi disiplin yang tinggi dalam latihan.

“Menjadi pemain sepakbola harus punya motivasi untuk menjadi yang terbaik dari hari sebelumnya. Dan harus disiplin dalam latihan. Waktu mau latihan, kadang saya datang lebih awal dari teman-teman lain, untuk mengasah diri agar menjadi lebih baik dari yang lain, " ungkap Yaso.


Yahya Sosomar

Ketika dikonfirmasi tentang apa harapan ke depannya buat Persinab Nabire, Yaso menuturkan bahwa sistem dan pengurus Persinab harus di rubah dan lebih memperbanyak pembinaan.

"Kalo buat saya mungkin kita rubah sistemnya dan pengurusnya. Dengan lebih perbanyak pembinaan. Karena regenerasi sepakbola di Nabire ini saya kira sudah sangat jauh tertinggal dari daerah-daerah di Papua yang lainnya," ungkapnya.

Yaso menambahkan bahwa sepakbola harus dilihat secara keseluruhan, karena bukan milik satu atau dua orang saja, tetapi milik semua orang.

"Buat sepakbola Nabire, sepakbola ini bisa maju kalo Pemerintah Daerah lebih jeli melihat dunia sepakbola. Sepakbola itu bukan punya satu atau dua orang. Sepakbola itu punya kita semua. Bukan punya anak Bupati, bukan punya Bupati. Sepakbola itu punya masyarakat," tegas Yaso.

"Sekali lagi, sepakbola itu bukan punya penguasa, tapi sepakbola itu punya kita semua," demikian tutup Yahya Sosomar. (Red)
« PREV
NEXT »

Tidak ada komentar